Surabaya (25/1) – Sejumlah mariners PT Pelindo Marine Service turut mengikuti Seminar Tanggap Darurat di Kantor Pelindo Regional 3, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kamis (25/1). Agenda sebagai rangkaian Peringatan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tahun 2024 tersebut, berkonsep workshop yang menghadirkan para praktisi bidang K3. Di antaranya yaitu narasumber dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya, Joko Siswanto, dan Safety and Security SO PT Terminal Teluk Lamong, Aditya Yudha Utama.
Regional Head 3 Pelindo, Ardhy Wahyu Basuki, dalam sambutannya berpesan tentang pentingnya pekerja pelabuhan untuk selalu memahami dan mengimplementasikan bagaimana seharusnya menangani keadaan darurat dalam menjalankan pekerjaan di lingkungan pelabuhan. “Sebagai wilayah yang termasuk Obyek Vital Nasional dan juga pusat arus logistik, pelabuhan sangat rentan dan memiliki potensi terjadinya keadaan darurat yang disebabkan oleh bencana maupun kecelakaan kerja,” ujarnya.
Pelabuhan yang langsung bersinggungan dengan area laut memiliki potensi bencana alam tinggi mulai dari risiko bencana gempa ataupun bahkan tsunami. “Pekerja pelabuhan seperti berada pada dua sisi pekerjaan yang lokasinya berpotensi bahaya dan pekerjaan yang berisiko tinggi, mulai dari terjadinya bencana alam serta kecelakaan kerja,” ujar Ardy Basuki.
Pada kesempatan tersebut, Joko Siswanto memberikan pemahaman tentang bagaimana insan Pelindo mengenali potensi bencana. Agar mampu memitigasi untuk mengurangi risiko akibat bencana tersebut. Dalam paparannya, disebutkan bahwa bentuk bencana yang bisa ditimbulkan oleh alam seperti gempa, badai, banjir, dan juga bencana yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Selain itu juga ada human error seperti kebakaran, tabrakan kapal, dan lain sebagainya.
“Bencana alam yang terjadi sangat berisiko untuk merugikan terhadap kehidupan di wilayah yang terkena dampak bencana. Mulai dari kerugian material sampai dengan adanya korban jiwa. Bencana alam merupakan suatu kejadian yang tidak dapat diperkirakan waktu terjadinya, sehingga acapkali manusia hanya mampu mengurangi risiko dampak bencana. Untuk itu kita perlu mengenali bentuk-bentuk bencana alam ini dan mulai memetakan mitigasi dengan metode deteksi. Agar mampu memitigas sehingga risiko yang terjadi tidak menjadi fatal,” jelasnya.
Salah satu mariners (pegawai Pelindo Marine) yang hadir, Mudik Prasongko, mengaku mendapat wawasan tentang pengenalan dan penanganan bencana alam atau ketanggap daruratan bencana. “Termasuk para pelaut, awak kapal tunda dan kapal pandu, ada risiko bersinggungan dengan risiko dampak bencana di darat. Misalnya di jetty atau dermaga. Hingga risiko bencana alam pada operasional pelayanan di perairan (laut). Yang terpenting yakni memahamkan tentang bagaimana agar awak armada kapal Pelindo Marine mampu mendeteksi potensi risiko bencana dan meminimalisir risiko dampak bencana. Terutama untuk keselamatan pekerja dan alat kerja, serta kerugian ekonomi akibat terhambatnya aktivitas operasional di lingkungan maritim,” pungkasnya.